Selamat Natal Saudaraku Umat Kristiani

Created By Purwoko
NATAL tahun ini sungguh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini umat manusia di seluruh dunia sedang menghadapi ujian besar, dengan adanya pandemi Covid-19.

Virus ini telah banyak memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan kita. Banyak yang harus menjadi korban karenanya.

Angka-angka statistik yang dilaporkan tiap hari, juga masih tetap menunjukkan bahwa wabah corona itu terus melaju. Sebagai gambaran, hari ini, 24 Desember 2020, sebanyak 78.704.434 (78 Juta) orang di seluruh dunia sudah terpapar. Dari jumlah itu, sebanyak 1.730.663 orang meninggal.

Namun ada yang patut disyukuri pula, bahwa Tuhan juga telah memberikan kesembuhan pada 44.323.101 orang yang menjadi pasien penyakit ini.

Bukan hanya dari sisi kesehatan. Dari sisi ekonomi pun, Covid-19 ini telah menimbulkan masalah besar. Banyak perusahaan harus tutup, atau terpaksa merumahkan karyawannya.

Mereka yang sebelumnya bisa hidup sejahtera, tiba-tiba saja menjadi miskin atau nyaris miskin. Tetapi sekali lagi, kita patut bersyukur karena Tuhan juga telah menolong kita, dengan menunjukkan jalan, agar orang-orang tersebut dapat bertahan. Mereka menemukan pekerjaan-pekerjaan baru atau usaha-usaha baru, yang semula tak pernah terpikirkan.

Dalam masa pandemi ini, umat manusia juga dilanda kegelisahan, karena tidak dapat beribadah seperti biasa. Umat Islam misalnya, gara-gara corona, Juni 2020 lalu pemerintah Arab Saudi menutup semua akses ibadah haji. Penutupan akses ke negara itu, juga dilakukan baru-baru ini, akibat adanya varian baru virus Covid-19.

Akibat pandemi juga dirasakan warga Hindu, Maret lalu. Biasanya dalam rangkaian hari raya Nyepi, diselenggarakan pawai Ogoh-ogoh. Namun, karena efek dari pandemi corona, rangkaian upacara Nyepi seperti pawai ogoh-ogoh di Bali tahun ini juga resmi dibatalkan.

Pun demikian umat Budha, pada hari raya Waisak, April 2020 lalu. Di Vietnam misalnya, Vietnam Buddha Sangha (VBS) memutuskan untuk meniadakan perayaan Waisak 2020 di negara itu.

Dewan Eksekutif Pusat telah menyarankan komite lokal, pagoda, dan Lembaga Buddha Nasional untuk tidak mengadakan ritual, parade atau pertunjukan seni yang melibatkan lebih dari 20 orang.

Dan Desember 2020 ini, ketika tiba umat Kristen merayakan Natal, pandemi masih belum berakhir. Di banyak gereja pun, ibadah Natal harus menyesuaikan dengan keadaan.

Dalam kabar yang disampaikan berbagai situs berita daring, ketika Gubernur Ganjar Pranowo bersepeda putar-putar kota pagi tadi, dia melihat banyak gereja sudah melakukan beragam persiapan, termasuk protokol kesehatan.

Di gereja-gereja itu, semuanya menyediakan tempat cuci tangan dengan jumlah banyak di halaman gereja. Beberapa menyediakan bilik sterilisasi yang menggunakan ozon dan sinar UV. Kursi jamaah juga semuanya ditata, bahkan diberikan nomor sesuai pendaftaran jamaah.

Kepada Ganjar, Romo Benny Bambang Sumintarto, pastur paroki Athanasius Karangpanas, mengatakan pada tahun-tahun lalu, ibadah Natal di gereja itu biasanya diikuti lebih dari 5.000 jemaat.

Tetapi untuk Natal tahun ini, dibatasi maksimal hanya sampai 600 jemaat. Untuk yang lain, diminta untuk mengikuti ibadah melalui live streaming atau online, di kediaman masing-masing.

Bukan hanya itu, Romo Benny juga mengatakan kepada Ganjar, bahwa semua jemaat dari luar kota, tidak diizinkan mengikuti kegiatan ibadah di gereja itu. Tak hanya pendatang, keluarga jemaat yang dari luar kota juga tidak diizinkan datang.

Semangat Natal dalam masa pandemi, juga terlihat di Gereja Santa Theresia Bongsari Semarang. Di gereja itu, dekorasi pohon natal dan dekorasi di dalam gereja, semuanya menggunakan tema Covid-19.

Di tengah pohon Natal di depan pintu masuk gereja itu, ada patung putih yang menggendong patung lain yang terkapar. Di patung yang digendong itu, terlilit masker di wajahnya.

Tak hanya pohon Natal, di dalam gereja juga ada dekorasi yang unik. Di samping patung Bunda Maria dan bayi Yesus, terdapat patung seorang dokter dan pasien dengan memikul virus Covid-19. Patung dokter dan pasien itu, berlutut seraya berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan.

"Natal adalah memperingati kelahiran Sang Juru Selamat, Yesus Kristus. Ini menggambarkan bagaimana dokter dan pasien dengan virus Covid-19 bersimpuh di hadapan Sang Juru Selamat untuk memohon kesembuhan. Untuk itu, dalam perayaan Natal kali ini, kami mohon rahmat kesembuhan dari Sang Juru Selamat dan meminta pandemi bisa segera dihilangkan," kata Pastur Gereja Santa Theresia Bongsari, Romo Eduardus Didik Cahyono, saat dikunjungi Ganjar Pranowo.

Dalam masa “Perang Dunia III” melawan virus Covid-19 ini, kita semua mestinya memang bersatu-padu dan saling bahu membahu. Tetapi itulah kita, mahluk yang disebut pula Homo sapiens.

Soal kata “Homo” atau yang dalam bahasa latin berarti “manusia” ini, saya teringat akan sebuah pepatah terkenal, yakni  Homo homini lupus est”, yang berarti "Manusia adalah serigala bagi manusia lain”.

Pepatah itu menggambarkan betapa kita, sejatinya bukan mahluk yang selalu lemah lembut. Sebaliknya, banyak manusia yang “memangsa” atau “menikam” sesamanya. Dan hampir semuanya, berujung pangkal untuk memuaskan keduniawian, keserakahan, dan kekuasaan.

Lihat saja bagiaman kita kini dihadapkan pada masalah merebaknya politik identitas, ujaran kebencian, intoleransi beragama dan etnis, radikalisme agama, serta perpecahan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat kita.

Sebagai mahluk ber-Tuhan yang dikaruniai logika, kita tentu tak ingin menjadi bagian dari kawanan “srigala” ini. Sebaliknya, kita tentu ingin agar tetap menjadi manusia, lengkap dengan kemanusiaannya.

Untuk itulah kita semenstinya tetap bersatu dan bersaudara. Sebab bagimanapun juga, kita yang tidak bersaudara dalam agama, tetap bersaudara dalam kemanusiaan.

Sekali lagi, Selamat Natal saudara-saiudaraku umat Kristiani. Semoga dengan kita tetap bersaudara, berkemanusiaan dan berlogika, dunia akan selamat. (*)