Iggy |
JAUH sebelum tahun 2012 ini tiba, telah banyak yang meramalkan
bahwa penduduk bumi (termasuk Indonesia) bakal menghadapi berbagai bencana.
Tabloid Bintang.com (http://www.tabloidbintang.com),
Kamis, 22 Desember 2011 lalu juga
menurunkan tulisan Eka Pratiwi, tentang buku "Amazing 2012" yang
ditulis Naomi Angelia, seorang gadis indigo yang memiliki kelebihan untuk
melihat masa depan. Dalam buku itu, Naomi antara lain menulis bahwa tahun ini
akan terjadi berbagai bencana, termasuk badai yang memporak-porandakan
segalanya.
Jika pandangan Naomi ditafsirkan,
pada Januari 2012 di Indonesia bakal terjadi banyak badai. ‘’Waspadalah, jika pada
siang hari yang panas tiba-tiba terdengar suara halilintar. Itu bertanda
bencana akan tiba,’’ kata Naomi memberikan peringatan dan meminta manusia lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Seiring perjalanan waktu,
rupanya ‘’ramalan’’ gadis berusia 15 tahun itu mulai mengejawantah. Dalam empat hari, sejak 25 hingga 29 Januari
2012 lalu, berbagai wilayah di Jawa dan Bali diobrak-abrik angin ribut. Seperti
dirilis Republika.co.id, Minggu 29 Januari 2012, Posko Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)
mencatat ada 35 kabupaten/kota di Jawa dan Bali yang telah diaduk-aduk oleh angin
puting beliung.
Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bencana itu mengakibatkan 14 orang
meninggal, 60 orang luka-luka, dan 2.364 rumah rusak. Mereka tersebar di
berbagai kota, yakni 3 di Tabanan, 3 orang di Purbalingga, 2 orang di Kediri, 2
orang di Banyumas, serta di Jakarta Selatan, Wonosobo, Ciamis, dan Pasuruan
masing-masing seorang. Kerusakan rumah yang terparah terjadi Kepulauan Seribu,
Banyumas, Banjarnegara, dan Situbondo.
Menurutnya, bencana itu
dipengaruhi siklon tropis Iggy yang mulai terbentuk Kamis (26/1/2012) lalu di
selatan Nusa Tenggara dan Bali. Pendapat Sutopo tersebut juga dikonfirmasi oleh
citra satelit di situs BMKG. Dalam citra tersebut terlihat awan menyelimuti
hampir seluruh Indonesia. Terlihat pula, arus angin dari arah utara (Filipina)
dan Selatan (Australia) melalui Sumatera dan Kalimantan, akan
‘’berlomba-lomba’’ masuk ke Jawa, dengan kecepatan 10 – 25 knot. (1 knot= 1.852 km per jam). Bisa dibayangkan, betapa
angin kencang menderu-deru dan merangsek ke Indonesia. Bukan hanya puting
beliung, angin seperti ini juga bakal mengakibatkan gelombang tinggi.
Ketinggian gelombang di Laut Jawa pada musim hujan yang biasanya hanya
3,5 meter, kala itu bisa mencapai lebih dari 4 meter. Akibatnya, gelombang
tinggi yang disertai angin kencang menerjang perkampungan nelayan di
Tambaklorok, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Sebanyak 18 rumah rumah
rusak dan 620 rumah lainnya terendam air laut.
Amukan gelombang, juga melanda
pantai selatan Jawa. Ketinggian gelombang laut di Samudra Indonesia (Samudra
Hindia) yang umumnya maksimal mencapai empat meter, pada Januari 2012 ini bisa
mencapai tujuh meter. Sungguh sebuah peningkatan yang ekstrem.
Pada rentang waktu April –
Oktober, di mana posisi matahari berada di selatan Katulistiwa, sebagian besar
wilayah Indonesia, terutama Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara memang berada dalam
musim hujan. Pada saat-saat semacam itu, badai tropis memang kerap tumbuh, berkembang,
dan akhirnya mati di Samudra Hindia.
Saat menjabat sebagai Kepala
BMG Jawa Tengah, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dr Widada Sulistya DEA pernah mengatakan bahwa badai-badai seperti
itu, umumnya tidak akan berdampak langsung pada Indonesia. Dalam ‘’pelajaran’’
yang masih penulis ingat hingga kini tersebut, badai tropis cenderung tak
menjamah Indonesia, karena negeri ini berada di Katulistiwa. Kawasan tersebut
dipengaruhi oleh gaya coriolis atau gaya perputaran bumi. Sehingga setiap badai
tropis yang mendekat, akan kembali menjauhi Indonesia menuju ke Australia.
Namun demikian, ‘’ekor’’ badai
tersebut tetap bisa ‘’menyabet’’ berbagai wilayah di Indonesia, sehingga
menimbulkan hujan lebat, petir yang sambung menyambung, dan angin kencang. Bagi
Indonesia, peristiwa semacam ini cukup bisa memicu bencana, seperti banjir,
longsor, dan puting beliung.
Lalu bagaimana seandainya
peristiwa luar biasa terjadi dan badai tropis justru terjadi di Indonesia ?
Kita tidak bisa mengatakan,
peristiwa semacam ini mustahil, karena fakta telah menunjukkan bahwa peristiwa
semacam itu adalah sebuah keniscayaan. Situs Meteo BMKG mencatat, 27
April 2009 lalu terjadi peristiwa yang sangat langka, yakni ketika tumbuh siklon
tropis Kirrily di atas Kepulauan Kai, Laut Banda. Kirrily menyebabkan
hujan lebat dan storm surge (gelora badai) di wilayah ini.
Tercatat puluhan rumah rusak
dan puluhan lainnya terendam, jalan raya rusak, dan gelombang tinggi terjadi
dari 26 hingga 29 April. Curah hujan tercatat per 24 jam yang tercatat adalah
di Tual adalah sebanyak 20mm, 92mm dan 193mm, masing-masing untuk tanggal 27,
28 dan 29 April 2009.
Berbagai fakta tersebut telah
membuka mata kita, bahwa Indonesia sudah selayaknya memberikan perhatian besar
pada upaya memperkecil risiko bencana akibat badai. Tentu saja, pihak pertama
yang harus mengupayakannya adalah pemerintah pusat, yakni dengan senantiasa
memperkuat BMKG.
Badan ini sudah waktunya
memiliki perlengkapan serbapaling canggih, termasuk radar cuaca dalam jumlah
yang mencukupi, untuk memantau seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, upaya
untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan tentang angin puting beliung,
juga perlu terus dilakukan agar kelak Indonesia memiliki peringatan dini untuk
bencana semacam itu.
Kita tidak ingin Indonesia
menjadi seperti Amerika, di mana penduduk di benua tersebut sering dilanda
tornado, yang bahkan sampai skala empat Fujita (F4). Namun jika Tuhan
berkehendak, maka tidak ada yang mustahil di dunia ini. Indonesia pun, entah
kapan, suatu ketika mungkin juga akan mengalami badai-badai besar. Jika itu
terjadi, berbagai perlatan canggih yang dimiliki BMKG dan dipadukan dengan
sistem peringatan dini, akan dapat menyelamatkan banyak jiwa. (*)
Komentar
Posting Komentar
Kirim komentar ya, jangan lupa link-nya